Tuesday, April 2, 2013

Tugas Filsafat 5 Maret 2013



Pada awalnya semua ahli filsafat Yunani Klasik seperti Herodotus, Hippocrates, dan Aristoteles mempelajari dan menaruh perhatian tinggi terhadap ilmu anatomi manusia. Penelitian antomi komparatif kemudian berkembang menjadi lebih focus oleh orang Eropa terbukti dengan banyaknya karangan yang mengandung unsure etnografi dan aneka warna – warni ciri fisik manusia. Kemudian, ahli fisiologi dan anatomi yang menuliskan dalam buku karangannya “De Generi Humani Veriatate Nativa” tentang etnografi memunculkan ilmu antropologi fisik yang merupakan ilmu baru. Dan konsep – konsep baru pun muncul seperti adanya ras Kaukasia, Mongolia, Ethiopia, Amerika, dan Melayu. Banyak tokoh yang sangat berperan dalam perkembangan antropologi fisik seperti P.P Broca dari Perancis, R. Virchov dari Jerman, dan G.Sergi dari Italia.  Klasifikasi tentang warna – warni cirri fisik manusia dan etnografi berkembang menjadi perubahan kebudayaan dan cirri hidup ini diuraikan dalam dua buah karya, yaitu “Researches into the Physical History of Man” dan The Natural History of Man”. Kedua karya tersebut menjadi permulaan dari ilmu antropologi fisik yang berdiri sendiri sebagai suatu ilmu.
            Ilmu Antropologi juga dikembangkan oleh ahli filsafat yang lain. Seperti contohnya filsafat          sosial yang dikembangkan pada jaman Aufklarung di Eropa pada abad 18. Awalnya, perkembangan yang ada di dalam ilmu alam dan ilmu pasti membuat pembentukan generalisasi yang mantap dan akhirnya ke arah perumusan kaidah alam yg dapat dipakai manusia untuk menguasai alam itu sendiri. Contoh ahli filsafat yang terjun langsung mencoba melaksanakan metodologi ini adalah Montesquieu. Beliau mencoba meneliti beberapa gejala sosial tentang hukum, pengendalian sosial, dan integrasi sosial. Dalam bukunya “L’Esprit de Loi”, Montesquieu memberikan kesimpulan bahwa gejala aneka warna masyarakat merupakan akibat dari pengaruh sejarah masing – masing dan juga pengaruh lingkungan alam, struktur internnya. Selain itu beliau juga berpendapat bahwa suatu saat ilmu antropologi akan terkenal dengan nama relativisme kebudayaan. Akhirnya dalam buku tersebut diperoleh konsep tentang tiga tingkat evolusi sosial, yaitu tingkat masyarakat berburu / tingkat liar (sauvage), tingkat beternak/tingkat barbar (barbarism), dan tingkat pertanian berkembang (civilization). Dalam hal ini para cendekiawan yang lain juga berpikiran bahwa kebudayaan dan masyarakat tidak akan bisa dispisahkan satu sama lain. Pemikiran inilah yang membuat manusia berpikir secara rasional dan menyebabkan berkembangnya aliran positivme dalam filsafat sosial.
            Aliran positivism ini kemudian dikembangkan lagi oleh August Comte. August Comte juga mengembangkan metodologi positif terhadap gejala masyarakat yang menyebabkan berkembangnya aktifitas ilmiah atau biasa disebut ilmu sosiologi. Dari sini dapat dilihat bahwa ilmu sosiologi juga mempunyai keterikatan terhadap antropologi. Ilmu sosiologi yang mempelajari tentang pemahaman, dan hubungan antara masyarakat sosial bisa jadi merupakan ide awal munculnya antropologi disamping keanekaragaman fisik, adat, dan budaya yang dilihat bangsa Eropa pada abad 18.
            Antropologi Fisik dan Antropologi Sosial yang sudah ada sejak jaman dahulu menjadikannya sebagai dasar dari pengembangan antropologi. Seperti contohnya dalam antropologi fisik terdiri dari paleo-antropologi dan somatologi. Paleo-antropologi lebih kepada arkeologi, meneliti manusia dan kebudayaannya melalui fosil-fosil yang tertanam di bawah tanah selama jutaa-an tahun yang lalu. Cabang dari antropologi fisik yang lain adalah somatologi yang berarti ilmu yang mempelajari keragaman ras manusia dengan mengamati ciri-ciri fisik,atau penelitian mengenai variasi diantara manusia. Selain itu ada pula Antropometri berarti “pengukuran manusia”, yang merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia.Ada dua jenis antropometri yaitu statis (pengukuran pada posisi diam) dan dinamis (pengukuran dalam keadaan bergerak). Secara keseluruhan seperti yang telah dijelaskan asal mula antropologi fisik di atas dapat dikatakan bahwa objek dari antropologi fisik adalah keanekaragaman, warna-warni suku ras dan cirri-ciri manusia yang lebih kepada personal diri.       Sedangkan antropologi sosial terdiri dari prehistori, etnolinguistik, dan etnologi. Prehistori adalah cabang antropologi budaya pada masa prasejarah dimana manusia belum mengetahui tulisan. Etnolinguistik adalah cabang lain yang mempelajari tentang bahasa yang digunakan manusia. Terakhir adalah etnologi yang mempelajari tentang bangsa dan adat istiadatnya, memahami pemikiran orang di masa lalu dan yang telah berubah di masa modern.
            Seiring berkembangnya dunia karena sifatnya yang dinamis, antropologi pun berkembang mengikuti perkembangan manusia. Dalam hal ini yang dipelajari antropologi juga bukan dari unsure kebudayaan saja, melainkan banyak minatan yang dipelajari oleh antropologi. Seperti contohnya antropologi ekonomi, antropologi kepribadian, antropologi hokum, antropologi komunikasi, antropologi biologi, antropologi agama, antropologi kesehatan, antropologi linguistic, antropologi pedesaan, dan masih banyak lagi. Dari cabang-cabang antropologi yang sangat banyak dan merangkul dengan ilmu yang lain maka tidaklah heran bahwa antropologi akan juga berkembang seiring berkembangnya manusia.
            Di masa depan pula, kesempatan antropologi untuk bisa berdiri sendiri juga sangat berpeluang. Hal ini disebabkan karena antropologi mempunyai banyak cabang yang berpeluang besar untuk menjadikan itu semua menjadi jurusan bukan lagi peminatan yang berada di bawah ilmu sosial dan ilmu politik. Menurut saya, jika dilihat lebih jauh, seperti contoh pada psikologi, ilmu pengetahuan tersebut dapat menjadi lebih luas dengan peminanatan yang juga lumayan banyak di dalamnya apalagi jika digabungkan dengan antropologi. Hubungan yang lain juga bisa dilihat pada ilmu ekonomi dengan antropologi. Sistem-sistem ekonomi yang berpengaruh besar dalam kelangsungan hidup suatu negara tidak terlepas dengan adanya masyarakat yang merupakan objek atas keberlangsungan ekonomi. Masyarakat-masyarakat tersebut dapat dipelajari menggunakan ilmu tentang manusia (antropologi).
            Kesimpulannya ibu dari segala ilmu pengetahuan adalah filsafat. Karena pemikiran yang kritis dan radikal lah yang membuat para ahli memikirkan hal yang paling kecil menjadi berkembang secara dinamis seperti contoh antropologi yang pada awalnya hanyalah penelitian dan ketertarikan terhadap suatu yang sederhana. Namun pada akhirnya dapat memberikan percabangan dan membantu ilmu pengetahuan lain lebih mudah memahami objeknya yaitu masyarakat.
Sumber : Sejarah Teori Antropologi I (Koentjaraningrat) , Pengantar Filsafat (Jan Hendrik Rapar), Antropologi Sosial (Koentjaraningrat), Pengantar Antropologi (Koentjaraningrat)

No comments:

Post a Comment